PILKADA JAKARTA GAK SERU
Pesta demokrasi DKI Jakarta yang akan berlangsung pada bulan Agustus mendatang dipastikan tidak seru. Hal ini dikarenakan hanya akan ada dua pasangan yang bersaing, yaitu pasangan Fauzi Bowo-Prijanto yang mendapat dukungan dari 20 partai melawan pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar yang hanya didukung oleh satu partai, PKS. Benar-benar membosankan! Padahal ada beberapa nama lain yang kualitasnya tidak perlu diragukan seperti Sarwono Kusumaatmadja, Faisal Basri, dan Agum Gumelar. Sayangnya mereka tidak bisa ikut bersaing di laga Pilkada lantaran tidak mendapat dukungan dari partai politik yang menjadi syarat mutlak untuk menjadi kandidat calon gubernur dan wakil gubernur.
UU 32/2004 tentang Pemda tidak memberikan kesempatan bagi para calon independen untuk mengikuti pemilihan umum daerah, sesuatu hal yang sangat tidak adil di dalam iklim demokrasi di negeri ini. Mengapa calon pemimpin daerah harus mendapat dukungan dari partai politik sementara kita semua tahu bahwa partai-partai politik di Indonesia pada mata duitan? Apa salahnya apabila seorang pemimpin daerah tidak mendapat dukungan partai politik tapi mendapat dukungan langsung dari masyarakat lokal?
Banyak pengamat politik yang memperkirakan bahwa tingkat pemilih golput akan sangat tinggi karena mereka merasa kecewa dengan situasi yang ada. Bagaimana kalau Anda, mau ikutan golput?
• BELIEF: Setiap individu berhak memilih calon yang diandalkan. Jika memang hanya 2 partai saja yang masuk nominasi, berarti kedua calon tersebut memang layak untuk menduduki posisi tersebut.
• ATTITUDE: Akan banyak tingkat pemilih golput yang kecewa dengan situasi yang ada. Dan banyak juga partai lain yang kecewa karena partainya tidak mendapat kesempatan dalam posisi tersebut.
• PERCEPTION: Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia terkenal akan sogokannya. Mereka yang punya banyak uang akan selalu menang.
Senin, 20 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar